RANGKUMAN
MATERI PEDAGOGIK UKG
a. Kompetensi Kepribadian:
a.1. Mantap dan stabil
a.2. Dewasa
a.3. Arif
a.4. Berwibawa
a.5. Teladan
b. Kompetensi Pedagogik
b.1.Memahani peserta didik
b.2. Merancang pembelajaran
b.3. Melaksanakan pembelajaran
b.4. Merancang dan mengevaluasi pembelajaran
b.5. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
c. Kompetensi profesional
c.1. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi.
c.2. Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk
menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
d. Kompetensi sosial
d.1. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik.
d.2. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama
pendidik dan tenaga kependidikan
d.3. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang
tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
2. Pengertian pembelajaran
dan komponennya
Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa
belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar,
dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam
waktu yang relative lama dan karena adanya usaha.
Komponen-komponennya meliputi:
– Siswa
– Guru
– Tujuan
– Isi pelajaran
– Metode
– Media
– Evaluasi
3. Teori- Teori
Pembelajaran
a. Behavioristik
Pembelajaran selalu memberi stimulus kepada siswa agar menimbulkan
respon yang tepat seperti yang kita inginkan. Hubunagn stimulus dan respons ini
bila diulang kan menjadi sebuah kebiasaan.selanjutnya, bila siswa menemukan
kesulitan atau masalah, guru menyuruhnya untuk mencoba dan mencoba lagi (trial
and error) sehingga akhirnya diperoleh hasil.
b. Kognitivisme
Pembelajaran adalah dengan mengaktifkan indera siswa agar
memeperoleh pemahaman sedangkan pengaktifan indera dapat dilaksanakan dengan
jalan menggunakan media/alat bantu. Disamping itu penyampaian pengajaran dengan
berbagai variasi artinya menggunakan banyak metode.
c. Humanistik
Dalam pembelajaran ini guru sebagai pembimbing memberi pengarahan
agar siswa dapat mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai manusia yang unik
untuk mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya sendiri. Dan siswa
perlu melakukan sendiri berdasarkan inisisatif sendiri yang melibatkan
pribadinya secara utuh (perasaan maupun intelektual) dalam proses belajar, agar
dapat memperoleh hasil.
d. Sosial/Pemerhatian/permodelan
Proses pembelajaran melalui proses pemerhatian dan pemodelan Bandura
(1986) mengenal pasti empat unsur utama dalam proses pembelajaran melalui
pemerhatian atau pemodelan, yaitu pemerhatian (attention), mengingat
(retention), reproduksi (reproduction), dan penangguhan (reinforcement),
motivasi (motivation). Implikasi daripada kaedah ini berpendapat pembelajaran
dan pengajaran dapat dicapai melalui beberapa cara yang berikut:
• Penyampaian harus interaktif dan menarik
• Demonstasi guru hendaklah jelas, menarik, mudah dan tepat
• Hasilan guru atau contoh-contoh seperti ditunjukkan hendaklah
mempunyai mutu yang tinggi.
4. Ciri-ciri pembelajaran
Ciri-ciri pembelajaran yang menganut unsur-unsur dinamis dalam
proses belajar siswa sebagai berikut :
a. Motivasi belajar
b. Bahan belajar
c. Alat bantu belajar
d. Suasana belajar:
d.1. komunikasi dua arah
d.2. gairah dan gembira
e. Kondisi siswa yang belajar:
e.1. setiap siswa unik
e.2. kesamaan siswa
5. Pendekatan dan metode dalam pembelajaran
A. PENDEKATAN
1. Pendekatan Konsep
(penguasaan konsep dan subkonsep, guru terlalu dominan)
2. Pendekatan
Lingkungan(mengaitkan lingkungan dalam proses belajar
3. Pendekatan Inkuiri
(mengendalikan situasi yang dihadapi ketika berhubungan dengan dunia fisik)
4. Pendekatan Proses
(melakukan pengamatan, menafsirkan data, mengkomunikasikan hasil pengamatan)
5. Pendekatan Interaktif
(pendekatan pertanyaan anak, memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan
pertanyaan)
6. Pendekatan Pemecahan
Masalah (masalah yang dipecahkan melalui praktikum/pengamatan)
7. Pendekatan Sains
Teknologi dan Masyarakat (STM)
8. Pendekatan Terpadu
(Integrated Approach) – memadukan dua unsur atau lebih dalam suatu kegiatan
pembelajaran.
B. METODE
1. Metode Ceramah
(penyampaian bahan pelajaran secara lisan)
2. Metode Tanya Jawab
(pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan sudah direncanakan sebelumnya)
3. Metode Diskusi Metode
diskusi adalah cara pembelajaran dengan memunculkan masalah.
4. Metode Kooperatif
(siswa berada dalam kelompok kecil dengan anggota sebanyak 4-5 orang)
5. Metode Demonstrasi
(memeragakan suatu proses kejadian)
6. Metode
Karyawisata/Widyawisata (membawa siswa mempelajari materi pelajaran di luar
kelas)
7. Metode Penugasan
(memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar)
8. Metode Eksperimen
(menggunakan percobaan)
9. Metode Bermain Peran
(pembelajaran dengan cara seolah-olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh
suatu pemahaman tentang suatu konsep)
6. Prinsip pengembangan
kurikulum
Asep Herry Hernawan dkk. (dalam Sudrajat, 2007) mengemukakan lima
prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu:
a. Prinsip relevansi -
kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-komponen kurikulum (tujuan,
bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sebaliknya, secara eksternal bahwa
komponen-komponen tersebut memiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan
dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik
(relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat
(relevansi sosilogis)
b. Prinsip fleksibilitas - mengusahakan agar yang dihasilkan
memiliki sifat luwes, lentur, dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan
terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan
waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.
c. Prinsip kontinyuitas -
adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara
horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus
memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar- jenjang
pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
d. Prinsip efisiensi -
mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu,
biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat
sehingga hasilnya memadai.
e. Prinsip efektivitas
yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa
kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Berpusat pada potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
2. Beragam dan terpadu
3. Tanggap terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
4. Relevan dengan
kebutuhan kehidupan
5. Menyeluruh dan
berkesinambungan
6. Belajar sepanjang
hayat
7. Seimbang antara
kepentingan nasional dan kepentingan daerah
7. Evaluasi Pengalaman
Belajar
a. Evaluasi merupakan proses
untuk memperoleh seberapa jauh pengalaman belajar berkembang dan terorganisasi
yang benar-benar menghasilkan hasil yang diinginkan,
b. Evaluasi merupakan proses yang sistematis artinya dalam
pengajaran kegiatan ini tentu direncanakan, berkesinambungan dari awal hingga
akhir pelaksanaan program.
c. Dalam evaluasi diperlukan berbagai informasi atau data yang
nantinya akan diolah dan hasilnya akan dijadikan sebagai dasar untuk mengambil
keputusan.
d. Hasil evaluasi digunakan untuk menentukan pencapaian hasil
belajar siswa.
Dengan demikian evaluasi dapat berfungsi:
1) Mengetahui kemajuan, perkembangan, dan keberhasilan siswa setelah
mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Hasil evaluasi yang diperoleh itu dapat
digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa.
2) Mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran.
3) Sumber informasi atau data bagi pelayanan BK kepada siswa.
4) Untuk pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang
bersangkutan.
8. Teknik dan Instrumen
Penilaian
a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik
penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan
bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat
perkembangan peserta didik.
b. Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau
tes kinerja.
c. Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran
berlangsung dan/atau di luar kegiatan pembelajaran.
d. Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat
berbentuk tugas rumah dan/atau proyek.
e. Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik
memenuhi persyaratan (a) substansi, adalah merepresentasikan kompetensi yang
dinilai, (b) konstruksi, adalah memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan
bentuk instrumen yang digunakan, dan (c) bahasa, adalah menggunakan bahasa yang
baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta
didik.
f. Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam
bentuk ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan
bahasa, serta memiliki bukti validitas empirik.
g. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk
UN memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti
validitas empirik serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antar
sekolah, antar daerah, dan antar tahun
9. Ciri-ciri tes yang baik
Sebuah tes yang dapat
dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes,
yaitu memiliki:
(1) Validitas: validitas atau daya ketepatan mengukur, sebuah tes
disebut valid apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak di ukur
(2) Reliabilitas: jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan
berkali-kali, sebuah tes dikatakan raliabel apabila hasil-hasil tes tersebut
menunjukan ketetapan. Dengan kata lain, jika kepada para siswa diberikan tes
yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam
urutan (ranking) yang sama dalam kelompoknya.
(3) Obyektivitas: apabila tes tersebut disusun dan dilaksanakan :
menurut apa adanya
(4) Praktikabilitas: mudah
dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dilengkapi dengan petunjuk yang jelas.
(5) Ekonomis: tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang
banyak dan waktu yang lama.
10. Langkah-langkah pengembangan teori pembelajaran
1) Analisis tujuan dan
karakteristik bidang studi.
2) Analisis sumber belajar.
3) Analisis karakteristik
si belajar (siswa).
4) Menetapkan tujuan
belajar dan isi pembelajaran.
5) Menetapkan strategi
pengorganisasian isi pembelajaran.
6) Menetapkan strategi
penyampaian isi pembelajaran.
7) Menetapkan strategi
pengelolaan pembelajaran.
8) Pengembangan prosedur
pengukuran hasil pembelajaran.
11. Karakteristik peserta didik
Sumber informasi yang dapat digunakan dalam rangka asesmen perilaku
keterampilan awal siswa, antara lain:
- dokumen yang tersedia
- khususnya hasil belajar yang diperoleh sebelumnya
- siswa itu sendiri
- orang-orang yang mengetahui kemampuan siswa tesebut.
Teknik yang dapat digunakan dalam mengasesmen kemampuan awal
tersebut, antara lain:
- dokumentasi,
- kuesioner,
- observasi,
- wawancara,
- melakukan tes diagostik secara khusus.
Di samping mengidentifikasi perilaku keterampilan awal siswa, guru
juga perlu mengenali karakteristik siswa lainnya yang berhubungan dengan
perilaku belajar mereka. Beberapa di antara karakterstik ini, misalnya:
- motivasi belajar,
- kemampuan dan tingkat kecerdasan,
- minat,
- kebiasaan belajar,
- harapan dan aspirasi siswa,
- maupun daya dukung lingkungan masing-masing siswa.
Informasi-informasi seperti ini dapat menjadi acuan dalam menetapkan
jenis perilaku sebagai target belajar, cakupan kegiatan belajar, maupun
bentuk-bentuk pengalaman belajar yang dapat diberikan kepada siswa. (Sumber: http://www.kompasiana.com/nunung_nuraida)
Cara Membuat Susu Kedelai atau susu yang
terbuat dari kacang kedelai murni sangatlah mudah, dimana kandungan gizi dan
nutrisinya sudah tidak diragukan lagi. Proses pembuatannya sederhana hanya
membutuhkan bahan berupa kacang kedelai dan air, kadar air disesuaikan menurut
kekentalan yang diinginkan. Adapun penambahan daun pandan atau vanili, gula dan
garam biasa digunakan untuk meminimalisir rasa langu dari kedelai. Sedangkan
dalam upaya untuk menambah khasiat dan menghasilkan rasa yang enak dan variasi,
biasa juga juga ditambah dengan bahan-bahan seperti serai, jahe cengkih, kayu
manis, bubuk coklat, teh bubuk dan lain sebagainya.
Proses Dasar Membuat Susu Kedelai Murni Sendiri :
- Pertama-tama adalah mencuci kacang kedelai dengan air bersih lalu rendam 10 jam atau semalaman hingga ukurannya membesar dan empuk. Setelah itu, bersihkan kulit arinya.
- Masukkan dalam blender kedelai dengan air kira-kira 1 : 3, jika 1 mangkuk kedelai campurkan dengan 3 mangkuk air. Blender hingga halus lalu saring dengan kain putih atau kain kasa atau saringan yang lubangnya kecil. Dapat juga dilakukan blender dan penyaringan berulang dari 3 bagian air agar sari kedelai keluar lebih banyak.
- Tahap berikutnya adalah perebusan yang bertujuan untuk menyeterilkan dari kuman, beraroma, menambah khasiat bagi tubuh serta mengurangi aroma kedelai yang masih langu. Rebus dengan api sedang sambil diaduk-aduk agar susu tidak pecah. Pada perebusan ini kita dapat menambahkan bahan-bahan sesuai keinginan, misalnya daun pandan atau vanili, jahe, bubuk coklat, gula, sedikit garam atau lainnya. Jika menggunakan vanili, jangan kebanyakan memasukkan vanili, akan menyebabkan rasa pahit.
- Minuman ini cocok di sajikan selagi hangat maupun didingankan dahulu di kulkas.
RESEP SUSU KEDELAI
Berikut salah satu kreasi resep susu kedelai yang enak dan sederhana.
Bahan :
- 250 gram kacang kedelai, cuci bersih
- 1,5 liter air
- 150 gram gula pasir
- 3 lembar daun pandan, ikat
- 3 lembar daun jeruk
CARA MEMBUAT SUSU KEDELAI :
- Rendam kedelai dengan air hangat semalaman. Setelah mekar, cuci bersih dan buang kulit arinya.
- Blender dengan air sampai benar2 halus lalu saring.
- Rebus dengan api sedang dicampur dengan gula, daun pandan dan daun jeruk. Aduk-aduk terus sampai mendidih, jaga jangan sampai meluap.
- Setelah dingin saring dengan kain katun yang bersih. Sajikan hangat atau dingin sesuai selera.
Bahan :
- 2 cangkir susu kedelai
- 8 kantong teh putih rasa peach
- 3 cangkir irisan buah persik beku
- ¼ cangkir madu
CARA MEMBUAT :
- Panaskan susu kedelai sambil diaduk sampai hangat (jangan sampai mendidih). Tambahkan teh celup dan masukkan ke dalam susu kedelai, diamkan selama 5 menit.
- Buang teh celup, masukkan campuran susu kedelai dalam lemari es selama 15-20 menit sampai dingin.
- Masukkan susu kedelai dingin, persik dan madu ke dalam blender atau food processor. Blender dengan kecepatan tinggi sekitar 1 menit atau sampai halus, tuang ke dalam gelas lalu sajikan.
Cara Membuat Susu Kedelai Sendiri
Saat ini sudah banyak di jumpai minuman susu kedelai siap minum yang dijual di pasaran. Ada yang olehan pabrik dan dikemas cantik menjadi minuman kaleng. Ada pula yang dibuat ukm-ukm dan dikemas dalam botol. Semua sudah praktis siap untuk diminum. Namun bagi yang ragu akan kualitas serta kesehatan susu kedelai olahan yang kita tak tau persis proses pengolahanya tentunya berfikir dua kali untuk membelinya. Apalagi untuk di konsumsi keluarga dan anak-anak kita, maka dari itu ada baiknya mencoba membuat sendiri susu kedelai yang lebih sehat dan higienis.
Cara Membuat Susu Kedelai
Bahan:- Kacang Kedelai – 1/2 kg.
- Vanili – 1 bungkus untuk 1/2 kg kedelai.
- Gula pasir sesuai selera.
- Garam sesuai selera.
- Kompor
- Blender
- Panci
- Penyaring atau kain tipis yang bersih
- Cuci bersih kedelai dengan air yang mengalir hingga benar-benar bersih
- Selanjutnya rebus kedelai sekitar 15 menit
- Angkat kedelai dan rendam dengan air bersih sekitar 10-12 jam agar kedelai melunak dan kulit arinya mudah terkelupas.
- Setelah itu cuci kembali kedelai dengan air bersih sambil diremas-remas agar kulit ari terkelupas.
- Jika sudah selesai kedelai bisa di blender, saat memblender bisa diberi air secukupnya.
- Setelah kedelai halus, maka campurlah dengan air mendidih secukupnya dan saring menggunakan saringan atau kain bersih untuk memisahkan ampas.
- Susu kedelai anda sudah jadi, namun masih harus direbus lagi hingga benar-benar mendidih. Tujuanya adalah untuk mensterilkannya dari mikroba, bakteri dan juga menghilangkan bau dari kedelai.
- Setelah mendidih maka kecilkan api dan aduk aduk susu kedelai selama kurang lebih 15 menit. Tujuanya agar sari sari kedelai tidak mengendap serta membuat susu kedelai lebih tahan lama.
- Setelah itu anda bisa menambahkan gula dan sedikit garam sesuai dengan selera. Jangan lupa masukan juga vanili agar aromanya semakin lezat.
- Minuman ini cocok di sajikan selagi hangat maupun di dingankan dulu di kulkas.
Kisi-kisi UKG Jenjang Sekolah Dasar terdiri dari 99
indikator esensial. Berikut kita bahas indikator 1-20.
1. Menguasai
substansi dan metodologi dasar keilmuan bahasa Indonesia yang mendukung
pembelajaran bahasa Indonesia SD/MI.
a. Memilih,
menata, dan merepresentasi materi ajar bahasa Indonesia SD berdasarkan pemahaman
tentang bagaimana siswa belajar bahasa Indonesia
1) Menganalisis
karakteristik perkembangan bahasa anak usia SD
Ross dan Roe
(Zuchdi dan Budiasih, 1997) membagi fase/tahap perkembangan bahasa
anak seperti berikut.Perkembangan membaca terjadi atas beberapa fase,
yaitu sebagai berikut.Fase kesatu, kelas I dan kelas II, anak usia
7 dan 8 tahun, sudah dapat membaca lancar dalam cerita
sederhana. Mereka sudah mengenal huruf, suku kata, dan kata untuk
keperluan membaca tersebut.Fase kedua, kelas III dan kelas
IV, anak sudah dapat menganalisis kata yang tidak diketahuinya
menggunakan pola tulisan dan kesimpulan yang didasarkan konteksnya Fase
ketiga, kelas IV sampai SLTP, pembelajaran membaca sudah meningkat bukan
lagi pengenalan tulisan, melainkan sudah pada tingkat pemahaman bahan
bacaan. (Owens dalam Zuchdi, 1996/1997:20
1) Perkembangan
Fonologis
Sebelum masuk
SD, anak telah menguasai sejumlah
fonem/bunyi bahasa, tetapi masih ada beberapa fonem yang
masih sulit diucapkan dengan tepat. Menurut Woolfolk
(1990) sekitar 10 % anak umur 8 tahun
masih mempunyai masalah dengan bunyi s, z,
v. Hasil penelitian Budiasih dan Zuhdi (1997) menunjukkan
bahwa anak kelas dua dan tiga melakukan kesalahan pengucapan f, sy,
dan ks diucapkan p, s, k. Terkait dengan itu,
Tompkins (1995) juga menyatakan bahwa ada sejumlah bunyi bahasa yang belum
diperoleh anak sampai menginjak usia kelas awal SD, khususnya bunyi tengah dan
akhir, misalnya v, zh, sh,ch. Bahkan pada umur 7 atau 8 tahun anak
masih membuat bunyi pengganti pada bunyi konsonan kluster.Kaitannya dengan anak
SD di Indonesia diduga pun mengalami kesulitan dalam pengucapan r,
z, v, f, kh, sh, sy, x, dan bunyi kluster misalnya str, pr,pada kata
struktur dan pragmatik. Di samping itu, anak SD bahkan
orang dewasa kadangkala ada yang kesulitan mengucapkan bunyi kluster
pada kata: kompleks, administrasi diucapkan komplek dan
adminitrasi. Agar hal itu tidak terjadi, sejak di SD anak perlu dilatih
mengucapkan kata-kata tersebut.
2) Perkembangan
Morfologis
Afiksasi bahasa
Indonesia merupakan salah aspek morfologi yang kompleks. Hal
ini terjadi karena satu kata dapat berubah makna akibat
dari proses afiksasinya (prefiks, sufiks, simulfiks)
berubah-ubah. Misalnya kata satu dapat berubah
menjadi: bersatu, menyatu, kesatu, satuan, satukan, disatukan,
persatuan, kesatuan, kebersatuan, mempersatukan, dst.Zuhdi dan Budiasih (1997)
menyatakan bahwa anak-anak mempelajari morfem mula-mula bersifat hapalan. Hal
ini kemudian diikuti dengan membuat simpulan secara kasar tentang
bentuk dan makna morfem. Akhirnya anak membentuk kaidah. Proses yang
rumit ini dimulai pada periode prasekolah
dan terus berlangsung sampai pada masa adolesen.Berdasarkan
kerumitan afiksasi tersebut, perkembangan morfologis atau kemampuan
menggunakan morfem/afiks anak SD dapat diduga sebagai
berikut.:
a) Anak
kelas awal SD telah dapat mengunakan kata berprefiks dan bersufiks seperti
melempar dan makanan.
b) Anak
kelas menengah SD telah dapat mengunakan kata berimbuhan
simulfiks/konfiks sederhana seperti menjauhi, disatukan.
c) Anak
kelas atas SD telah dapat menggunakan
kata berimbuhan konfiks yang sudah kompleks
misalnya diperdengarkan dan memberlakukan dalam
bahasa lisan atau tulisan.
3) Perkembangan
Sintaksis
Brown dan Harlon
(dalam Nurhadi dan Roekhan, 1990) berkesimpulan bahwa
kalimat awal anak adalah kalimat sederhana, aktif, afirmatif,
dan berorientasi berita. Setelah itu, anak baru menguasai kalimat
tanya, dan ingkar. Berikutnya kalimat anak mulai diwarnai dengan kalimat elips,
baik pada kalimat berita, tanya, maupun
ingkar. Menurut hasil pengamatan Brown
dan Bellugi terhadap percakapan anak, memberi kesimpulan bahwa ada
tiga macam c ar a y a n g bi as a di t em p u h d al am m en g e mb
a n gk a n kal i m a t, y ai t u: pengembangan, pengurangan,
dan peniruan. Kedua peneliti ini sepakat bahwa peniruan merupakan
cara pertama yang ditempuh anak, meskipun peniruan yang dilakukan
terbatas pada prinsip kalimat yang paling pokok yaitu urutan kata.Cara yang
kedua yang ditempuh anak untuk mengembangkan kalimat mereka adalah
pengulangan dan pengembangan. Anak mengulang bagian kalimat yang memperoleh
tekanan, yaitu bagian kalimat kontentif, atau
bagian kalimat yang berisi pesan pokok, sedangkan bagian lain
dihilangkan secara sistematis. Oleh karena itu, bahasa
anak disebut dengan istilah tuturan telegrafis, karena mengandung pengurangan
bagian kalimat secara sistematis. Dilihat dari segi frase, menurut Budiasih dan
Zuchdi (1997) bahwa frase verba
lebih sulit
dikuasai oleh anak SD dibanding dengan frase nomina dan frase
lainnya. Kesulitan ini mungkin berkaitan dengan perbedaan bentuk
kata kerja yang menyatakan arti berbeda.
Misalnya ditulis, menuliskan, ditulisi, dan seterusnya.
Dari segi pola
kalimat lengkap, anak kelas awal cenderung menggunakan struktur sederhana bila
berbicara. Mereka sudah mampu memahami bentuk yang lengkap namun
belum dapat memahamai bentuk kompleks seperti kalimat
pasif (Wood dalam Crown, 1992).Menurut Emingran siswa
kelas atas SD menggunakan struktur yang lebih kompleks dalam menulis daripada
dalam berbicara (Tompkins, 1989).
Pada umumnya
anak SD mengenal bentuk pasif daripada preposisi “oleh” misalnya
“Buku itu dibeli oleh Ali.” Dengan demikian, kalimat
pasif yang tidak disertai kata oleh, mereka menganggapnya
bukan kalimat pasif, misalnya “Saya melempar
mangga (kalimat aktif) menjadi “Mangga saya lempar (kalimat pasif)
bukan “Mangga dilempar oleh saya.” (Salah). Anak biasanya menggunakan kalimat
pasif yang subjeknya dari kata ganti/tak dapat dibalik
dan kalimat pasif yang subjeknya bukan kata ganti/dapat dibalik
secara seimbang. Namun, anak sering mengalami kesulitan dalam
membuat kalimat dan menafsirkan makna kalimat pasif yang dapat dibalik
(subjeknya bukan kata ganti). Menjelang umur 8 tahun mereka mulai lebih banyak
menggunakan kalimat pasif yang tidak dapat dibalik (subjeknya kata
ganti). Pada umur 9 tahun, anak mulai banyak menggunakan bentuk
pasif yang subjeknya dari kata ganti. Pada umur
11-13 tahun mereka banyak menggunakan kalimat yang subjeknya dari kata
ganti.Penggunaan kata penghubung juga meningkat pada usia SD. Anak
di bawah umur 11 tahun sering menggunakan kata “dan” pada awal
kalimat. Pada umur 11-14 tahun, penggunaan “dan” pada awal kalimat mulai jarang
muncul.Anak sering mengalami kesulitan penggunaan kata
penghubung “karena”: dalam kalimat, seperti Saya
menghadiri pertemuan itu karena diundang Anak SD bingung membedakan
kata hubung karena, dan, lalu dilihat dari segi urutan
waktu kejadiannya. Susunan yang benar yakni, diundang
dahulu baru pergi ke pertemuan. Oleh karena itu kadangkala ada anak
TK yang mengucapkan “Saya sakit karena saya tidak masuk sekolah” padahal
maksudnya “Saya tidak masuk sekolah karena sakit.”. Pemahaman kata
penghubung “karena“ barumulai berkembang pada umur 7 tahun. Pemahaman yang
benar dan konsisten baru terjadi pada
umur sekitar 10-11 tahun (Budiasih dan Zuchdi,
1997).
4) Perkembangan
Semantik
Selama periode usia
sekolah dan dewasa, ada dua jenis penambahan makna kata. Secara
horisontal, anak semakin mampu emahami dan dapat menggunakan suatu kata dengan
nuansa makna yang agak berbeda secara tepat. Penambahan vertikal berupa
penambahan jumlah kata yang dapat dipahami dan digunakan dengan tepat (Owens
dalam Budiasih dan Zuchdi, 1997).
Menurut
Lindfors, perkembangan semantik berlangsung dengan sangat pesat di SD. Kosa
kata anak bertambah sekitar 3000 kata per tahun
(Tompkins,1989). Merujuk apa yang tercantum dalam
Kurikulum yang berlaku saat ini,
perbendaharaan kata siswa SD diharapkan lebih kurang 6000 kata.
Pendapat yang relatif mendekati harapan Kurikulum adalah
hasil temuan penelitian Slegers bahwa rata-rata
anak masuk kelas awal dengan pengetahuan makna sekitar 2500 kata dan
meningkat rata-rata 1000 kata per tahun di kelas awal dan menengah SD dan 2000
kata di kelas atas, sehingga perbendaharaan kosa kata
siswa berjumlah 8500 di kelas VI (Harris dan Sipay, 1980).
Kemampuan anak
kelas rendah SD dalam mendefinisikan kata meningkat dengan dua
cara. Pertama, secara konseptual , yakni dari
definisi berdasar pengalaman individu ke makna yang bersifat sosial atau makna
yang dibentuk bersama. Kedua, anak bergerak secara sintaksis dari
definisi kata-kata lepas ke kalimat yang menyatakan hubungan kompleks (Owens,
1992)
Pengetahuan
kosakata mempunyai hubungan dengan kemampuan kebahasan secara umum. Anak yang
menguasai banyak kosa lebih mudah memahami wacana dengan baik.
Selama priode usia SD, anak menjadi semakin baik dalam menemukan makna kata
berdasarkan konteksnya. Anak usia 5 tahun mendefinisikan kata secara
sempit sedang anak berumur 11 tahun membentuk definisi dengan menggabungkan
makna- makna yang telah diketahuinya. Dengan demikian, definisinya
menjadi lebih luas, misalnya kucing ialah binatang yang biasa dipelihara di
rumah-rumah penduduk.
Menurut
Budiasih dan Zuchdi (1997), anak usia SD sudah mampu mengembangkan bahasa
figuratif yang memungkinkan penggunaan bahasa secara kreatif. Bahasa figuratif
menggunakan kata secara imajinatif, tidak secara literal atau makna sebenarnya
untuk menciptakan kesan emosional. Yang termasuk bahasa figuratif adalah (a)
ungkapan misalnya kepala dingin, (b) metafora, misalnya “Suaranya
membelah bumi ”., (c) kiasan, misalnya“Wajahnya seperti bulan purnama.”, (d)
pribahasa, misalnya “Menepuk air di dulang, terpecik muka sendiri.”
5) Perkembangan
Pragmatik
Perkembangan
pragmatik atau penggunaan bahasa merupakan hal paling penting
dibanding perkembangan aspek bahasa lainnya pada usia SD. Hal ini pada usia
prasekolah anak belum dilatih menggunakan bahasa secara
akurat, sistematis, dan menarik. Berbicara tentang pragmatik ada 7
faktor penentu yang perlu dipahami anak (1) kepada siapa berbicara
(2) untuk tujuan apa, (3) dalam konteks apa, (4) dalam situasi apa,
(5) dengan jalur apa, (6) melalui media apa, (7) dalam peristiwa apa
(Tarigan, 1990). Ke- 7 faktor penentu komunikasi tersebut berkaitan
erat dengan fungsi (penggunaan) bahasa yang dikemukakan oleh M.A.K
Halliday: instrumental, regulator, interaksional, personal, imajinatif,
heuristik, dan informatif.
Pinnel (1975)
dalam penelitiannya tentang penggunaan fungsi bahasa di SD kelas
awal menemukan bahwa umumnya anak menggunakan fungsi interaksional (untuk
bekomunikasi) dan jarang menggunakan fungsi heuristik (mengunakan bahasa untuk
mencari ilmu pengetahuan saat belajar dan berbicara dalam kelompok kecil).
Dilihat dari
segi perkembangan kemampuan bercerita, anak umur 6 tahun sudah dapat
bercerita secara sederhana tentang sesuatu yang mereka lihat.
Kemampuan ini selanjutnya berkembang secara teratur dan
sedikitdemi sedikit. Mereka belajar menghubungkan kejadian, tetapi
bukan yang mengandung hubungan sebab akibat. Kata penghubung yang
digunakan: dan, kemudian. Pada usia 7 tahun anak mulai dapat membuat cerita
yang agak padu. Mereka sudah mulai mengemukakan masalah, rencana mengatasi
masalah dan penyelesaian masalah tersebut meskipun belum jelas siapa
yang melakukannya. Pada umur 8 tahun anak menggunakan penanda awal dan akhir
cerita, misalnya “Akhirnya mereka hidup rukun”. Kemampuan membuat alur cerita
yang agak jelas baru mulai diperoleh anak pada usia
lebih dari delapan tahun. Pada umur tersebut barulah mereka dapat
mengemukakan pelaku yang mengatasi masalah dalam cerita. Anak-anak mulai dapat
menarik perhatian pendengar atau pembaca cerita yang mereka buat. Struktur
cerita mereka semakin menjadi jelas.
Kaitannya
dengan gaya bercerita antara anak laki-laki dan perempuan memiliki
perbedaan. Anak perempuan menganggap bahwa peranannya dalam percakapan adalah
sebagai fasilitator, sehingga mereka menggunakan cara
yang tidak langsung dalam meminta persetujuan dan lebih banyak
mendengarkan , misalnya “Ibu tidak marah, kan ?” . Sementara
itu anak laki-lak i menganggap dirinya sebagai pemberi informasi,
sehingga cenderung memberitahu. Anak laki-laki biasanya kurang berbicara dan
lebih banyak berbuat namun kadangkala bertindak keras dan percakapan
digunakannya untuk berjuang agar tidak dikuasai oleh anak
lain atau kelompok lain. Anak perempuan cenderung banyak bicara dengan
pasangan akrabnya, dan saling menceritakan rahasianya,
masalah pribadinya dikemukakan kepada teman. Temannya
biasanya menyetujui dan dapat memahami masalah tersebut (Owens,1992).
2) Memilih
materi ajar aspek membaca di kelas rendah SD.
Pembelajaran
membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang
melibatkan serangkaian keterampilan lebih kecil lainnya. Secara garis
besar, terdapat dua karakteristik yang penting dalam pembelajaran
membaca.Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.
a. Keterampilan
yang bersifat mekanis dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah.Hal
ini mencakup:
(a) pengenalan
bentuk huruf; (b) pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata,
frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain); (c) pengenalan hubungan/korespondensi
pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan baha n tertulis); (d)
kecepatan membaca ke taraf lambat.
b. Keterampilan
bersifat pemahaman yang dapat dianggap berada pada urutan yang
lebih tinggi. Hal ini mencakup: (a) memahami pengertian sederhana
(leksikal, gramatikal,retorikal); (b) memahami signifikansi
atau makna (a.l. maksud dan tujuan pengarang, relev ansi/keadaan
kebudayaan, dan reaksi pembaca); (c) evaluasi atau penilaian (i si,
bentuk); (d) kecepatan membaca yang fleksibel, mudah disesuaikan dengan
keadaan (Broghton (et al)
Memilih materi
ajar Membaca dan Menulis Permulaan(MMP) yang cocok guru
perlu mempertimbangkan tingkat kesesuian materi itu dengan tema, dan fokus
pembicaraan.Meskipun tema-tema itu bukan merupakan bahan ( isi pelajaran ) yang
harus diajarkan, namun penyajian pembelajaran yang didasarkan atas
tema-tema tertentu akan lebih mengarahkan kegiatan belajar mengajar siswa
dan guru. Tema merupakan alat untuk melakukan kegiatan berbahasa, dan merupakan
payung yang membungkus kemasan pembelajaran bahasa Indonesia.Beberapa
alternatif tema yang ditawarkan untuk setiap semester dan peringkat kelas
sbb:
1. Diri
sendiri 2. Keluarga 3. Pengalaman 4. Budi pekerti 5.
Lingkungan 6. Kegemaran
Dari struktur
materi pembelajaran MMP untuk kelas I diarahkan pada pengenalan kalimat
berita interaktif (KB + Kki) mis: Ayah tidur, Paman datang dst.
3) Memilih
materi ajar aspek menulis di kelas tinggi SD.
Materi
pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV memuat berbagai kompetensi dalam
aspek me-nulis seperti menulis tentang berbagai topik, pengumuman, pantun,
dan surat. Dalam berbagai kegiatan menulis tersebut, siswa diharapkan
nantinya dapat menulis dengan memperhatikan unsur-unsur kebahasaan dalam
kaidah penulisan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, seperti penggunaan
ejaan, huruf, dan tanda baca. Hal itu termuat dalam Kompetensi Dasar
pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV semester II ‖menyusun karangan tentang berbagai topik
sederhana tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan
ejaan, penulisan tanda baca dan huruf besar ‖
b. Merencanakan,
melaksanakan, mengorganisasi, dan mengevaluasi pembelajaran bahasa Indonesia di
SD.
4) Memilih
berbagai metode pembelajaran menulis permulaan yang dapat mengembangkan
kemampuan dan kegemaran menulis siswa.
Metode Membaca
dan Menulis Permulaan (MMP)
A. Metode
EJA
Pada metode
ini, memulai pengajaran dengan mengenalkan huruf alphabet ( A, B, C
dst).Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai bunyinya
menurut abjad. Misalnya: b,u,k,u menjadi b.u → bu (dibaca
be.u → bu) k.u → ku (dibaca ka.u → ku)
bu-ku
dilafalkan buku Setelah anak-anak menulis huruf lepas
tersebut,kemudian anak-anak belajar menulis rangkaian huruf yang
berupa suku kata. Proses selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat
sederhana.Pemilihan bahan ajar untuk pembelajaran MMP hendaknya dimulai dari
hal-hal yang konkret menuju hal-hal yang abstrak,dari hal-hal yang
mudah,akrab,familiar dengan kehidupan anak menuju yang sulit dan mungkin
merupakan suatu yang baru nagi anak.
B. Metode
Bunyi
Proses
pembelajaran MMP melalui metode ini merupakan bagian dari metode eja.
Prinsipn dasar dan proses pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan metode
eja di atas.Perbedaannya terletak pada cara atau sistem pembacaan atau
pelafalan abjad(huruf-hurufnya).Misal : Huruf b dilafalkan /eb/-- d
dilafalkan /ed/ : dilafalkan dengan e pepet seperti pengucapan pada
kata benar,keras,pedas,lemah,dan sebagainya.
Dengan
demikian,kata ―nani‖ dieja menjadi
: en.a → na en.i → ni → dibaca →nani
C. Metode
Suku Kata dan Metode Kata
Pada metode
ini,proses pembelajaran MMP diawali dengan pengenalan suku kata
seperti ba,bi,bu,be,bo,ca,ci,cu,ce,co,dan seterusnya. Suku-suku kata
tersebut kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata bermakna.Misalnya
: ba-bi cu-ci ba-bu ci-ca bi-bi ca-ci Langkah-langkah
pembelajaran MMP dengan metode suku kata adlah sebagai berikut : 1. Tahap
pertama,pengenalan suku-suku kata; 2. Tahap kedua,perangkaian suku-suku
kata menjadi kata; 3. Tahap ketiga,perangkaian kata menjadi kalimat
sederhana; 4. Tahap keempat,pengintegrasian kegiatan perangkaian dan
pengupasan; Karena proses pembelajaran MMP dengan metode ini melibatkan
serangkaian proses pengupasan,dan perangkaian,maka metode ini
dikenal juga sebagai‖Metode Kupas Rangkai‖.Sebagian orang menyebutkan ―Metode Kata‖ atau ―Metode
Kata Lembaga‖.
D. Metode
Global (Metode Kalimat )
Proses
pembelajaran MMP yang diperlihatkan melalui proses ini diawali dengan
penyajian beberapa kalimat secara global. Agar membantu pengenalan kalimat
yang dimaksud,biasanya menggunakan gambar. Di bawah gambar dimaksud,
dituliskan sebuah kalimat yang kira-kira merujuk pada makna gambar
tersebut.Selanjutnya, setelah anak diperknalkan dengan beberapa kalimat,barulah
proses pembelajaran MMP dimulai. Melalui proses pengurai menjadi
satuan-satuan yang lebih kecil,seperti kalimat menjadi satuan-satuan yang
lebih kecil,seperti kata,suku kata,dan huruf,selanjutnya anak mengalami
proses belajar MMP.
Misalnya
: ini mimi ni mimi i-ni mi-mi i-n-i m-i-m-i
E. Metode SAS(
Struktural Analitik Sintetik )
SAS merupakan
salah satu jenis metode yang biasa digunakan untuk proses
pembelajaran membaca dan menulis permulaan bagi siswa pemula. Pembelajaran
MMP dengan metode ini mengawali pelajarannya dengan menampilkan dan
mengenalkan sebuah kalimat utuh. Mula- mula anak disuguhi sebuah struktur
yang memberi makna lengkap,yakni struktur kalimat. Hal ini dimaksudkan
untuk mambangun konsep-konsep kebermaknaan pada diri anak. Dan akan
lebih baik jika struktur kalimat yang disajikan sebagai bahan pembelajaran
MMP dengan metode ini adalah struktur kalimat yang digali dari pengalaman
berbahasa si pembelajar itu sendiri.Prosespenguraian atau penganalisisan dalam
pembelajaran MMP dengan metode SAS,meliputi: 1. Kalimat menjadi
kata-kata 2. Kata-kata menjadi suku suku kata 3. Suku kata
menjadi huruf-huruf Pada tahap selanjutnya anak diajak menyimpulkan
satuan-satuan bahasa yang telah terurai tadi dikembalikan lagi kepada
satuannya semula,yakni dari huruf-huruf menjadi suku kata,suku
kata menjadi kata,kata-kata menjadi kalimat. Sehingga anak akan menemukan
kembali wujud struktur semula,yakni menjadi sebuah kalimat utuh.Misal :
ini mama Ini mama i-ni ma-ma i n i m a m a i-ni
ma-ma ini mama ini mama Dalam bermacam-macam metode yang biasa digunakan
MMP dapat kita simpulkan bahwa tidak ada metode yang terbaik dan metode
terburuk. Metode terbaik adalah metode yang paling cocok dengan pembawa
metode tersebut.
5) Merancang
berbagai kegiatan menulis di kelas tinggi yang dapat meningkatkan kemampuan
menulis dan berpikir siswa.
Teknik dan
Model Pembelajaran Menulis Cerita Berdasarkan butir-butir pembelajaran
menulis di kelas tinggi (kelas 3-6) SD terdapat ragam teknik pembelajaran
menulis. Teknik pembelajaran menulis dikelompokkan menjadi dua, yakni:
1. Menulis
cerita Teknik ini terdiri atas 6 macam, yaitu:
a) Teknik
menyusun kalimat.Teknik menyusun cerita dapat dilakukan dengan: menjawab
pertanyaan, melengkapai kalimat, memperbaiki susunan kalimat,memperluas
kaiimat, subtitusi, transfomtasi, dan membuat kaiimat.
b) Teknik
memperkenalkan cerita dapat dilakukan dengan: baca dan tulis, simak dan
tulis; meniru model; menyusun paragaf; menceritakan kembali; membuat
2. Menulis
untuk keperluan sehari-hari, yang meliputi:
a) menulis
surat,
b) menulis
pengumuman,
c) mengisi
formulir,
d) menulis
surat undangan,
e) membuat
iklan,
f) menyusun
daftar riwayat hidup.
Model
pembelajaran menulis cerita/cerpen di SD meliputi: menceritakan gambar,
melanjutkan ceria lain, menceitakan mimpi, menceriakan pengalaman, dan
menceritakan cita-cita.
1. Menceritakan
gambar.Model ini dapat dilakukan mulai kelas 4 SD. Guru memperlihatkan beberapa
gambar,selanjutnya, siswa diminta mengamati gambar tersebut dengan teliti.
Kemudian, mereka diminta untuk menuliskannya ke dalam centa lengkap.
2. Melanjutkan
centa. Model ini diawaii dengan kegiatan guru membacakan atau memperdengarkan
cerita yang dipilih guru, kemudian para siswa diminta melanjutkan cerita
guru tersebut.
3. Menceitakan
mimpi.Model ini dilakukan dengan menugasi siswa untuk menceritakan mimpinya
dengan menambah atau mengurangi isi dan mimpi mereka.
4. Menceritakan
pengalaman.Model ini dilakukan dengan menugasi siswa untuk menceritakan
pengalaman, baik pengalaman saat liburan, bermain,darmawisata, dan
sebagainya.
5. Menceritakan
cita-cita.Model ini dilakukan dengan cara menugasi siswa untuk menceritakan
cita-citanya setelah dewasa nanti
Pembelajaran
menulis di kelas tinggi diarahkan pada kegiatan menulis lanjutan. Dalam
kegiatan menulis lanjutan siswa diharapkan dapat mengembang-kan kemampuan
menulisnya dalam bentuk yang lebih beragam. Jenis tulisan yang bisa
dikembangkan pada kegiatan menulis lanjutan ini adalah menulis pantun,
puisi, surat, dan prosa
6) Memperjelas
perencanaan dan pelaksanaan penilaian dan evaluasi dalam pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia.
Secara
umum tahapan evaluasi pembelajaran terdiri atas 4 tahap
(1) Tahap
Persiapan
Menurut
Damaianti (2007: 8) tahap ini disebut juga tahap perencanaan dan perumusan
kriterium. Langkahnya meliputi:
a) perumusan
tujuan evaluasi;
b) penetapan
aspek-aspek yang akan dievaluasi;
c) menetapkan
metode dan bentuk evaluasi (tes/nontes);
d) merencanakan
waktu evaluasi;
e) melakukan
uji coba (untuk tes) agar dapat mengukur validitas
dan reliabilitasnya.
Menurut
Damaianti (2007: 11) tes kesastraan sebaiknya diprioritaskan pada
kemampuan apresiasi sastra yang meliputi hal-hal berikut ini.
(1) Soal
kesastraan tingkat informasi Soal bentuk ini dimaksudkan untuk
mengungkapkan kemampuan siswa yang berkaitan dengan data-data suatu karya
sastra, selanjutnya data-data tersebut digunakan untuk menafsirkan karya
sastra.
(2) Soal
kesastraaan tingkat konsep Soal bentuk ini berkaitan dengan persepsi
tentang bagaimana data-data atau unsur-unsur yang ada pada karya sastra.
Siswa dituntut untuk mampu mengungkapkan data yang ada pada karya sastra
yang bersangkutan.
(3) Soal
kesastraan tingkat perspektif Soal bentuk ini berkaitan dengan persepsi tentang bagaimana pandangan siswa
sebagai pembaca terhadap sebuah karya sastra. Dengan memberikan pandangan
dan reaksi terhadap karya sastra, siswa dituntut untuk memahami karya
sastra yang bersangkutan. Siswa dituntut juga untuk menghubungkan antara
sesuatu yang ada di dalam karya sastra dengan sesuatu yang ada di luar
karya sastra.
(4) Soal
kesastraaan tingkat apresiasi Soal bentuk ini berkaitan
dengan usaha mengenali dan memahami bahasa sastra melalui
ciri-cirinya lalu membandingkan keefektifannya dengan penuturan bahasa
yang digunakan sehari-hari. Untuk dapat menjawab soal bentuk ini siswa
dituntut untuk mengenali, menganalisis,menggeneralisasi, dan menilai
bentuk-bentuk kebahasaan yang digunakan dalam karya sastra yang dianalisisnya
(2) tahap
pelaksanaan,
(3) tahap
pengolahan hasil
(4) tahap
tindak lanjut
c. Menampilkan keterampilam
berbahasa (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis)
7) Merumuskan
hakikat (pengertian, tujuan, jenis, dan manfaat) membaca,
a. Pengertian /Definisi Membaca
Membaca
merupakan proses berpikir atau bernalar (proses aktif dan bertujuan)
yang dilakukan melalui proses mem persepsi dan memahami informasi serta
memberikan makna terhadap bacaan yang dilakukan oleh pembaca.
Membaca pada
hakeketnya adalah proses ecoding oleh penerima pesan,yaitu poses
memaknai bentuk-bentuk bahasa yang tertulis sehingga pesan yang
disampaikan oleh pengirim dapat diterima oleh pengirim dapat diterima
secara utuh .
Beberapa ahli
mencoba memberi definisi ―Membaca‖, antara lain :
Farris
(1993:304) mendefinisikan membaca sebagai pemrosesan kata-kata,
konsep,informasi, dan gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh pengarang
yang berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman awal
pembaca. Dengan demikian,pemehaman diperoleh apabila pembaca mempunyai
pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dengan apa yang
terdapat di dalam bacaan.
Syafi‘i
(1999:7) menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses yang bersifat
fisik atau yang disebut proses mekanis, berupa kegiatan mengamati tulisan
secara visual,sedangkan proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam
mengolah informasi.
Dalam KBBI
(2000:62) membaca didefinisikan sebagai melihat serta memahami isi
dari apa yang tertulis, yang dibaca secara lisan atau dalam
hati.Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dirangkum bahwa membaca
merupakan proses pemahaman atau penikmatan terhadap teks bacaan dengan
memanfaatkan kemampuan melihat (mata) yang dimiliki oleh pembaca, sesuai
dengan tujuannya yang dilakukan secara nyaring atau dalam hati.
b. Tujuan Membaca
Perlu
disepakati bahwa membaca harus mempunyai tujuan. Apabila membaca
tidak bertujuan, maka proses dan kegiatan membaca yang dilakukan tidak
memiliki arti sama sekali. Tujuan membaca dapat ditetapkan secara
eksplisit ataupun implisit.Berdasarkan pengalaman yang dialami, ada beberapa
tujuan membaca yang dapat dikemukakan, di antaranya untuk:
ü Memahami
aspek kebahasaan (kata, frasa, kalimat, paragraf, dan wacana) dalam teks
ü Memahami
pesan yang ada dalam teks
ü Mencari
informasi penting dari teks
ü Mendapatkan
petunjuk melakukan sesuatu pekerjaan atau tugas
ü Menikmati
bacaan, baik secara tekstual maupun kontekstual
c. Jenis Membaca
Jenis membaca
ada dua yaitu:
(1) membaca
nyaring
(2) membaca
dalam hati (membaca ekstensif, dan membaca intensif).
Teknik membaca
ada lima langkah yaitu:
(1)
survey, (2) question, (3) read, (4)recite (recall), dan (5) review.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi membaca ada empat yaitu faktor:
(1)
kognitif,(2) afektif, (3) teks bacaan, dan (4) penguasaan bahasa
d. Manfaat Membaca
1. Ketika
sibuk membaca, seseorang terhalang masuk ke dalam kebodohan,
2. Kebiasaan
membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan
dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja,
3. Dengan
sering membaca, seseorang bisa mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam
bertutur kata,
4. Membaca
membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir,
5. Membaca
meningkatkan pengetahuan seseorang dan mengingkatkan memori
dalam pemahaman,
6. Dengan
sering membaca seseorang dapat mengambil manfaat dari pengalaman
orang lain, seperti mencontoh kearifan orang bijaksana dan kecerdasan para
sarjana,
7. Dengan
sering membaca, seseorang dapat mengembangkan kemampuannya, baik untuk
mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai
disiplin ilmu dan aplikasinya di dalam hidup,
8. Keyakinan
seseorang akan bertambah ketika dia membaca buku-buku yang bermanfaat,
terutama buku-buku yang ditulis oleh penuli-penulis muslim yang saleh.
buku itu adalah penyampai ceramah terbaik dan ia memiliki pengaruh kuat
untuk menuntun seseorang menuju kebaikan dan menjauhkannya dari kejahatan,
9. Membaca
membantu seseorang untuk menyegarkan pikirannya dari keruwetan
dan menyelamatkan waktunya gara tidak sia-sia, dengan sering membaca,
seseorang bisa menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai model
kalimat,
10. Lebih
lanjut lagi, ia bisa meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep
dan untuk memahami apa yang tertulis di antara baris demi baris (memahami
apa yang tersirat).
e. Ragam Membaca
1. membaca
intensif
Membaca
intensif adalah membaca dengan hati-hati dan teliti sekali dan biasanyapun
cara membacanya sangat lambat-lambat.tujuanya adalah untuk memahami bahan
bacaan itu sampai kepada bagian yang terkecil.
2. membaca
kritis
Kegiatan ini
merupakan jenis kegiatan membaca yang dilakukan secara bijaksana,bukan
hanya mencari kesalahan belaka.
3. membaca
cepat
Membaca cepaat
mencakup dua jenis kegiatan yakni skimming dan scaning.skimming merupakan
teknik untuk mencari hal-hal yang penting atau untuk mencari pokok
bacaan.scanning merupakan teknik membaca untuk mendapatkan informasi tanpa
membaca yang lain.
4. membaca
untuk keperluan praktis
Digunakan
sebagai sarana untuk memahami setiap bacaan yang perlu untuk dibaca
dengan praktis sesuai dengan kebutuhan masing-masing atau tujuan yang akan
dicapai.
5. membaca
untuk keperluan studi
Membaca untuk
studi ialah membaca untuk memahami isi buku secara keseluruhan,baik
pikiran pokok maupun pikiran-pikiran penjelas pemahaman yang komperensif
tentang isi buku tercapai.
f. Metode Pengajaran Membaca
1. Metode
Reseptif
Metode ini
mengarah ke proses penerimaan isi bacaan maupun simakan baik
tersurat maupun tersirat. Metode tersebut sangat cocok diterapkan kepada
siswa yang dianggap telah banyak menguasai kosakata, frase, maupun
kalimat. Yang dipentingkan bagi siswa dalam suasana reseptif adalah
bagaimana isi bacaan atau simakan diserap dengan bagus.
2. Metode
Komunikatif
Desain yang
bermuatan komunikatif harus mencakup semua keterampilan berbahasa.Setiap tujuan
diorganisasikan ke dalam pembelajaran. Setiap pembelajaran
dispesifikkan ke dalam tujuan konkret yang merupakan produk akhir. Sebuah
produk di sini dimaksudkan sebagai sebuah informasi yang dapat dipahami,
ditulis, diutarakan, atau disajikan ke dalam nonlinguistis
3. Metode
Integratif
Integratif
berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses. Artinya
beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya,
mendengarkan diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis
diintegrasikan dengan berbicara dan membaca.
4. Metode
Partisipatori
Metode ini
lebih menekankan keterlibatan siswa secara penuh. Siswa dianggap sebagai
penentu keberhasilan belajar. Siswa didudukkan sebagai subjek belajar.Dengan
berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan hasil belajar. Guru
hanya bertindak sebagai pemandu atau fasilitator. Guru berperan sebagai
pemandu yang penuh dengan motivasi, pandai berperan sebagai moderator yang
kreatif Proses tersebut dilakukan dengan strategi tertentu melalui
kegiatan visual untuk mencocokkan huruf atau melafalkan lambang bahasa
tulis untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis. Dalam membaca,
pembaca mengolah informasi secara kritis, kreatif y ang dilakukan dengan
tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyelur uh. Pada akhirnya
pembaca dapat memberikan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan
dampak bacaan tersebut.
8) Menemukan
isi atau pesan pokok wacana dari sebuah pengumuman
9) Merumuskan
hakikat (pengertian, tujuan, jenis, dan manfaat) menulis.
1. Pengertian
menulis
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang di pahami
seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik
tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Penulis yang
ulung adalah penulis yang dapat memanfaatkan situasi dengan tepat.Situasi
yang harus di perhatikan dan dimanfaatkan itu adalah : a. maksud dan
tujuan penulis b.pembaca atau pemirsa c.waktu dan kesempatan.
Menurut Jago Tarigan ( 1995: 117) menulis berarti mengekpreikan
secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan.
2. Tujuan
menulis
a. Menginformasikan segala sesuatu,
baik itu fakta, data maupun peristiwatermasuk pendapat dan pandangan terhadap
fakta, data dan peristiwa agakhalayak pembaca memperoleh pengetahuan dan
pemahaman bartentang berbagai hal yangdapat maupun yang terjadi di muka bumi
ini.
b. Membujuk; melalui tulisan seorang
penulis mengharapkan pula pembadapat menentukan sikap, apakah menyetujui atau
mendukung yadikemukakan. Penulis harus mampu membujuk dan meyakinkan
pembadengan menggunakan gaya bahasa yang persuasif. Oleh karena itu, persuasi
dari sebuah tulisan akan dapat menghasilkan apabila penumampu menyajikan dengan
gaya bahasa yang menarik, akrab, bersahabat,dan mudah dicerna.
c. Mendidik adalah salah satu tujuan dari
komunikasi melalui tulisan. Melalumembaca hasil tulisan wawasan pengetahuan
seseorang akan terusbertambah, kecerdasan terus diasah, yang pada akhirnya
akamenentukan perilaku seseorang. Orang-orang yang berpemisalnya,
cenderung lebih terbuka dan penuh toleransi, lebih menghargapendapat orang
lain, dan tentu saja cenderung lebih rasional.
d. Menghibur; fungsi dan tujuan menghibur dalam
komunikasi, buka monopoli media massa, radio, televisi, namun media cetak dapat
pula berperan dalam menghibur khalayak pembacanya. Tulisan-tulisan atau
bacaan-bacaan “ringan” yang kaya dengan anekdot, cerita dan pengalaman lucu
bisa pula menjadi bacaan penglipur lara atau untuk melepaskan ketegangan
setelah seharian sibuk beraktifitas.
Tujuan menulis
menurut (Hugo Harting)
a. Assignment purpose(tujuan penugasan) :Penulis
menulis sesuatu karena di tugaskan bukan atas kemauan sendiri.
b. Altruistic purpose (tujuan altruistic) :Penulis
bertujuan untuk menyenangkan para pembaca,menghindarkan kedudukan para
pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan
dan penalaranya , ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan
lebih menyenangkan dengan karyanya itu.
c. Persuasive purpose(tujuan
persuasif) :Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran
gagasan yang diutarakan.
d. Informational purpose(tujuan informasional,tujuan
penerangan) :Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan
/penerangan kepada pembaca.
e. Selfexpressive purpose(tujuan pernyataan diri) :
Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang
kepada para pembaca.
f. Creative purpose(tujuan kreatif) : Tulisan yang
mencapai nilai nilai artistic,nilai-nilai kesenian.
g. Problem-Solving purpose : Sang penulis memecahkan
masalah yang dihadapi
3. Jenis-jenis
menulis
Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan
berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda.
1. kegiatan atau aktivitas dalam melaksanakan
keterampilan menulis dan
2. hasil dari produk menulis itu yaitu; karangan
narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi.
4. Manfaat
menulis
Dapat menyampaikan ide, gagasan, saran, motivasi,
bujukan dan sebagainya kepada orang lain secara luas dan langsung.
10. Menemukan
isi atau pesan pokok wacana dari sebuah berita
11. Menemukan
isi atau pesan pokok dalam wacana naratif seperti cerita rakyat, puisi.
12. Membandingkan
berbagai jenis wacana bahasa Indonesia (deskripsi dan narasi,).
Deskripsi :
jenis karangan
yang melukiskan atau menggambarkan suatu obyek sehingga pembaca ikut
merasakan apa yang dituliskan si pengaran. Deskripsi adalah pemaparan atau
penggambaran dengan kata-kata atas suatu benda, tempat,suasana atau keadaan.
Seorang penulis deskripsi melalui tulisannya mengharapkan pembaca dapat
melihat, mendengar, mencium bau, mencicipi dan merasakan hal yang sama
dengan penulis. Deskripsi pada dasarnya merupakan hasil dari pengamatan
melalui panca indera yang disampaikan dengan kata-kata.
Jauh di sana di
tepi sungai,tampak seorang perempuan yang masih muda berjalan hilir
mudik,kadang-kadang menengok ke laut, rupanya mencari atau menantikan apa-apa
yang boleh timbul dari dalam laut yang amat tenang laksana aiar di dalam
dulang pada ketika itu, atau darti pihak manapun. Pada air mukanya yang
telah pucat dan dan tubuhnya yang sudah kurus itu,dapatlah diketahui, bahwa
perempuan itu memikul suatu percintaan yang amat berat. Meskipun mukanya
telah kurus, tetapi cahaya kecantikan perempuan itu tiada juga hilang. (dikutip
dari ―Bintang Minahasa‖ karya Hersevien M.Taulu ,2001:65)
Narasi :
jenis
karangan yang menceritakan rangkaian peristiwa berdasarkan urutan waktu.
Narasi terdiri dari narasi ekspositoris dan narasi artistik/literer.
Narasi pada dasarnya adalah karangan atau tulisan
yang berbentuk cerita. Seperti kalau orang bercerita tentang
―mengisi liburan sekolah‖, ―mendaftarkan diri ke sekolah‖, ―pengalaman
berkemah di hutan‖, ―kecelakaan lalu lintas di jalan raya‖, atau ―pertandingan olahraga‖. Cerita
itu tentunya
didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa. Di dalam peristiwa
itu ada tokoh, mungkin tokoh itu adalah penulis sendiri, teman penulis,
atau orang lain, dan tokoh itu mengalami masalah atau konflik. Bisa saja
dalam cerita itu menghadirkan satu konflik atau serangkaian konflik yang
dihadapi oleh tokoh dalam ceritamu itu. Jadi, dalam sebuah
narasi terdapat tiga unsur pokok,
yaitu : peristiwa, tokoh, dan konflik. Ketiga unsur itu diramu menjadi
satu dalam sebuah jalinan yang disebut alur atau plot. Dengan demikian, narasi
adalah cerita berdasarkan alur. Sering juga narasi
diartikan sebagai cerita yang didasarkan pada kronologi waktu.
Contoh:
Pertandingan
antara Angelique Widjaja melawan Tamarine Tanasugarn berlangsung
sangat mendebarkan. Pada set pertama, Tamarine unggul atas Angie dengan
skor 6-2. Namun, Angie membalas kekalahannya di set pertama dengan merebut
set kedua. Angie memenangi set kedua itu dengan skor tipis
7-5. Memasuki set ketiga, Tamarine tampaknya
mulai kehabisan tenaga. Sebaliknya Angie semakin percaya diri apalagi
ia mendapat dukungan luarbiasa dari para penonton
13. Membandingkan
berbagai wacana Bahasa Indonesia (argumentasi dan eksposisi)
Karangan Argumentasi :
jenis karangan yang bertujuan mempengaruhi
pembaca dengan bukti yang jelas sehingga pembaca dapat
percaya. Paragraf atau Karangan Argumentatif : paragraf yang
mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat penulis dengan disertai bukti dan
fakta; alasan kuat dan meyakinkan dengan maksud agar pembaca bisa terpengaruh.
Dasar karangan argumentasi adalah berpikir kritis dan
logis. Oleh karena itu, harus berdasarkan pada fakta-fakta yang dapat
dipertanggungjawabkan. Fakta-fakta tersebut dapat diperoleh dengan berbagai
cara, antara lain:
1. bahan bacaan (buku, majalah, surat kabar, atau
internet);
2. wawancara atau angket;
3. penelitian atau pengamatan langsung melalui
observasi.
Agar lebih mudah, Anda dapat menulis paragraf
argumentatif dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Daftarlah
topik-topik pendapat yang dapat dikembangkan.
2. Susunlah
kerangka paragraf yang akan dibuat.- Kembangkan kerangka tersebut menjadi
paragraf.
3. Anda
dapat menggunakan kata penghubung antarkalimat (oleh karena itu, dengan demikian,
oleh sebab itu, dan lain-lain).
Ciri-ciri Pargaraf atau karangan argumentasi
1. Menjelaskan
pendapat agar pembaca yakin mengenai topik yang dibahas
2. Memerlukan
fakta untuk pembuktian berupa gambar/grafik, dan lain-lain.
3. Menggali
sumber ide dari pengamatan, pengalaman, dan penelitian.
4. Penjelasan
dalam paragraf argumentasi disampaikan secara logis
5. Penutup
berisi kesimpulan.
Karakteristik paragraf argumentasi:
- Kalimat utama/pendahuluan berupa pernyataan/gagasan penulis yang menarik perhatian pembaca
- Diikuti kalimat-kalimat penjelas yang berisi argumen-argumen untuk meyakinkan atau membuktikan kebenaran gagasan awal penulis
- Ditutup dengan kesimpulan yang menegaskan gagasan awal penulis
Karangan
argumentasi dan eksposisi seringkali sulit dibedakan. Bentuk keduanya hampir
sama. Meskipun demikian, keduanya memiliki perbedaan
Eksposisi :
Jenis karangan yang bertujuan menambah pengetahuan
pembaca dengan cara memaparkan informasi secara akurat. Paragraf eksposisi
adalah paragraf yang bertujuan memaparkan, menjelaskan, menyampaikan informasi,
mengajarkan, dan menerangkan sesuatu tanpa disertai ajakan atau desakan agar
pembaca menerima atau mengikutinya. Paragraf eksposisi biasa digunakan untuk
menyajikan pengetahuan / ilmu, definisi, pengertian, langkah-langkah suatu
kegiatan, metode, cara, dan proses terjadinya sesuatu.
Adapun ciri-ciri paragraf eksposisi adalah sebagai berikut:
· Berisi
tentang pendapat, gagasan, atau keyakinan penulis terhadap suatu masalah bidang
tertentu
· Uraian
bersifat objektif, semata-mata hanya untuk menambah pengetahuan pembaca tanpa
didasari maksud tertentu
· Diperjelas
dengan fakta yang dilengkapi dengan angka, peta, grafik, statistik, gambar atau
bagan sebagai ilustrasi
· Menggali
melalui analisis dan sintesis
· Paragraf
diakhiri dengan penegasan, bukan ajakan atau permintaan dukungan
14. Menyusun
berbagai bentuk/jenis tulisan surat.
Bentuk tulisan
surat yang lazim dipergunakan ada 5 yaitu:
a. Bentul lurus penuh ( full block style)
b. Bentuk lurus ( block style)
c. Bentuk setengah lurus (semi block style)
d. Bentuk lekuk (indented style)
e. Bentuk paragraf mengantung (hanging paragraph)
Jenis-jenis
surat
a. Surat
pribadi : surat
yang dikirim oleh seseorang kepada orang lain atau
suatu organisasi/instansi. Surat yang dibuat oleh seseorang yang isinya kepentingan
pribadi.( surat keluarga dan surat lamaran pekerjaan)
b. Surat
Resmi :
Surat yang disampaikan oleh lembaga/instansi kepada seseorang
ataupun instansi/lembaga lain. (Surat dinas pemerintah, surat niaga &
Surat sosial)
15. Mendiskripsikan
unsur-unsur makalah
Merupakan suatu penjabaran secara deskriptif tentang
hal-hal yang akan ditulis, yang secara garis besar terdiri dari Bagian Awal,
Bagian Isi dan Bagian akhir.
Bagian
awal terdiri dari beberapa unsur sebagai berikut :
1. Lembar
Judul adalah identitas yang memberikan gambaran mengenai isi makalah
2. Kata
Pengantar berisikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihPak yang membantu
pembuatan makalah
3. Daftar
Isi adalah suatu daftar yang membuat gambaran isi karya tulis secara menyeluruh
4. Daftar
Tabel (jika ada) merupakan daftar yang menerangkan penjelasan menggunakan tabel
5. Daftar
Gambar (jika ada) merupakan daftar yang menerangkan penjelasan menggunakan
gambar
6. Daftar
Lampiran (jika ada) merupakan daftar yang menerangkan penjelasan menggunakan
lampiran
Bagian
Isi terdiri dari beberapa unsur sebagai berikut :
1. Bab I
Pendahuluan
· Latar
Belakang Permasalahan adalah fenomena permasalahan dalam lingkungan yang
diamati
· Masalah
atau Pokok Permasalahan merupakan identifikasi dari latar belakang
permasalahaan
· Tujuan
Penulisan Makalah adalah uraian tujuan dan hal yang ingin dicapai mengenai
penulisan karya tulis
2. Bab II
Pembahasan
· Deskripsi
Lokus adalah penjelasan singkat mengenai permasalahan disertai analisis
permasalahan
· Landasan
Teoritis adalah kumpulan teori yang digunakan dalam pembuatan karya tulis
· Analisis
merupakan penjelasan mengenai data, fakta dan informasi yang dianalisis dengan
teori-teori yang telah diungkapkan sebelumnya
3. Bab
III Penutup
· Kesimpulan
adalah jawaban atas permasalahan penelitian, bukan ringkasan
· Saran
merupakan tindak lanjut dari kesimpulan
- Bagian Akhir
dalam Format Pembuatan Makalah terdiri dari beberapa unsur sebagai berikut
:
1. Daftar
Pustaka memiliki pengertian sumber bacaan ilmiah yang digunakan
2. Lampiran-lampiran
(jika ada)
Tentu dalam kajian ilmiah khususnya Perguruan Tinggi,
Universitas, Politeknik dan sekolah tinggi lainnya memiliki Format dan aturan
tertentu mengenai pembuatan karya tulis ini yang biasanya telah dibuat suatu
Panduan Format Pembuatan Karya Tulis yang dikeluarkan oleh Masing- Masing
Perguruan Tinggi atau Sekolah. Artikel mengenai Prosedur dan Format Sistematika Penulisan Makalah diatas merupakan aturan umum pembuatannya yang
lazim digunakan banyak orang.
d. Mengkreasikan apresiasi
sastra Indonesia yang mendukung pembelajaran bahasa Indonesia
16. Menganalisis
unsur intrinksik dan ekstrinsik, struktur, dan ciri-ciri karya sastra puisi.
Puisi adalah
ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan
larik dan bait. Untuk menentukan unsur intrinsik dan ekstrinsik puisi, kita harus membaca secara detail dan penuh penghayatan puisi tersebut
Unsur Intrinsik
Puisi
Unsur intrinsik
puisi adalah unsur-unsur yang berasal dari dalam naskah puisi tersebut. Adapun unsur-unsur
intrinsik suatu puisi meliputi:
ü Tema (sense)
adalah gagasan utama dari puisi baik yang tersirat maupun tersurat.
ü Tipografi disebut
juga ukiran bentuk puisi. Tipografi adalah tatanan larik, bait, kalimat, frase,
kata dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi,
rasa dan suasana.
ü Amanat (intention)
atau pesan adalah sesuatu yang ingin disampaikan penyair melalui karyanya.
ü Nada (tone),
yaitu sikap penyair terhadap pembacanya, misalnya sikap rendah hati, menggurui,
mendikte, persuasif, dan lain-lain.
ü Rasa atau
emosional adalah sentuhan perasaan penulisannya dalam bentuk kepuasan,
keheranan, kesedihan, kemarahan atau yang lain.
ü Perasaan (feeling)
adalah sikap pengarang terhadap tema (subjek matter) dalam puisinya, misalnya
simpatik, konsisten, senang, sedih, kecewa, dan lain-lain.
ü Enjambemen adalah
pemotongan kalimat atau frase diakhir larik, kemudian meletakkan potongan itu
pada awal larik berikutnya. Tujuannya adalah untuk memberi tekanan pada bagian tertentu
ataupun sebagai penghubung antara bagian yang mendahuluinya dengan bagian
berikutnya.
ü Kata
konkret (imajinasi) adalah penggunaan kata-kata yang tepat (diksi yang
baik) atau bermakna denotasi oleh penyair.
ü Diksi adalah
pilihan kata yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan dalam puisi.
ü Akulirik adalah
tokoh aku (penyair) di dalam puisi.
ü Rima adalah
pengindah puisi dalam bentuk pengulangan bunyi baik awal, tengah maupun akhir.
ü Verifikasi adalah
berupa rima (persamaan bunyi pada puisi, di awal, di tengah, dan di akhir);
ritma (tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-lemahnya bunyi).
ü Majas adalah
cara penyair menjelaskan pikirannya melalui gaya bahasa yang indah dalam bentuk
puisi.
ü Citraan (pengimajian)
adalah gambar-gambar dalam pikiran, atau gambaran angan si penyair. Setiap
gambar pikiran disebut citra atau imaji (image). Gambaran pikiran ini adalah
sebuah efek dalam pikiran yang sangat menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh
penangkapan kita terhadap sebuah objek yang dapat dilihat oleh mata (indra
penglihatan).
Unsur
Ekstrinsik Puisi
Unsur
ekstrinsik puisi adalah unsur yang berada di luar naskah puisi. Bisa saja
berasal dari dalam diri penulis puisi atau lingkungan tempai sang penulis puisi
tersebut menulis puisinya. Berikut adalah macam-macam unsur ekstrinsik puisi:
ü Unsur
biografi adalah latar belakang atau riwayat hidup penulis.
ü Unsur
nilai dalam cerita, seperti ekonomi, politik, sosial, adat-istiadat, budaya,
dan lain-lain.
ü Unsur
kemasyarakatan adalah situasi sosial ketika puisi itu dibuat.
Struktur Fisik Puisi
ü Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi
kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat
menentukan pemaknaan terhadap puisi.
ü Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh
penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit
kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih
secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna,
keselarasan bunyi, dan urutan kata.
ü Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat
mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan
perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji
penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat
mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa
yang dialami penyair.
ü Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap
dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan
dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata kongkret “salju: melambangkan
kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa”
dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
ü Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan
menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi
prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa
disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke,eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
ü Rima/Irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal,
tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup:
Ø Bentuk intern pola bunyi (aliterasi,
asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh,
sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya
Ø Pengulangan kata/ungkapan. Ritma
merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat
menonjol dalam pembacaan puisi.
Ciri-ciri
puisi :
ü Terdiri
dari beberapa bait
ü Memiliki
pencitraan
ü Memiliki
sajak/rima
ü Memiliki
tipografi
ü Memakai
konotasi
ü Bahasa
lebih padat
17. Menganalisis
unsur intrinksik dan ekstrinsik, struktur, dan ciri-ciri karya sastra prosa.
PROSA : Salah
satu jenis karya sastra yang berupa karangan yang mencritakan
tentang kehidupan manusia dan tidak terikat oleh unsur-unsur dalam puisi.
Ciri-ciri prosa
:
ü Berbentuk
bebas dalam susunan paragraf
ü Tidak
terikat pada bentuk puisi
ü Memiliki
unsur intrinsic
Ada dua unsur
utama dalam karya sastra, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Unsur
ekstrinsik berupa segala sesuatu yang menginspirasi penulisan karya sastra dan
mempengaruhi karya sastra secara keseluruhan.
Unsur
ekstrinsik ini meliputi: latar belakang kehidupan penulis,keyakinan dan
pandangan hidup penulis, adat istiadat yang berlaku pada saat itu, situasi
politik (persoalan sejarah), ekonomi, dsb.
Sementara unsur
intrinsik terdiri atas:
1) Tema :Pokok
persoalan dalam cerita.
2) Karakter
/ Tokoh dalam cerita. Karakter dapat berupa manusia, tumbuhan maupun
benda Karekter dapat dibagi menjadi:
ü Karakter
utama: tokoh yang membawakan tema dan memegang banyak peranan
dalam cerita
ü Karakter
pembantu: tokoh yang mendampingi karakter utama
ü Protagonis
: karakter/tokoh yang mengangkat tema
ü Antagonis
: karakter/tokoh yang memberi konflik pada tema dan biasanya
berlawanan dengan karakter protagonis. (Ingat, tokoh antagonis belum tentu
jahat)
ü Karakter
statis (Flat/static character) : karakter yang tidak
mengalami perubahan kepribadian atau cara pandang dari awal sampai
akhir cerita.
ü Karakter
dinamis (Round/ dynamic character): karakter
yang mengalami perubahan kepribadian dan cara pandang. Karakter
ini biasanya dibuat semirip mungkin dengan manusia sesungguhnya, terdiri
atas sifat dan kepribadian yang kompleks.Catatan: karakter
pembantu biasanya adalah karakter statis karena tidak digambarkan
secara detail oleh penulis sehingga perubahan kepribadian dan cara
pandangnya tidak pernah terlihat secara jelas.
3) Karakterisasi /Cara
penulis menggambarkan karakter.
Ada banyak cara
untuk menggali penggambaran karakter, secara garis besar karakterisasi
ditinjau melalui dua cara yaitu secara naratif dan dramatik
Teknik
naratif berarti karakterisasi dari tokoh dituliskan langsung
oleh penulis atau narator. Teknik dramatik dipakai ketika
karakterisasi tokoh terlihat dari antara lain: penampilan fisik karakter,
cara berpakaian, kata-kata yang diucapkannya, dialognya dengan karakter
lain,pendapat karakter lain, dsb.
4) Konflik : pergumulan
yang dialami oleh karakter dalam cerita dan . Konflik ini
merupakan inti dari sebuah karya sastra yang pada akhirnya membentuk plot.
Ada empat macam konflik,yang dibagi dalam dua garis besar:
Konflik
internal
ü Individu-diri
sendiri: Konflik ini tidak melibatkan orang lain, konflik ini ditandai
dengan gejolak yang timbul dalam diri sendiri mengenai beberapa hal
seperti nilai-nilai. Kekuatan karakter akan terlihat dalam usahanya
menghadapi gejolak tersebut
Konflik
eksternal
ü Individu –Individu: konflik
yang dialami seseorang dengan orang lain
ü Individu –alam :
Konflik yang dialami individu dengan alam. Konflik ini
menggambarkan perjuangan individu dalam usahanya untuk mempertahankan diri
dalam kebesaran alam.
ü Individu-
Lingkungan/ masyarakat : Konflik yang dialami individu dengan masyarakat
atau lingkungan hidupnya.
5) Seting :
Keterangan tempat, waktu dan suasana cerita
6) Plot :Jalan
cerita dari awal sampai selesai
ü Eksposisi
: penjelasan awal mengenai karakter dan latar( bagian cerita yang
mulai memunculkan konflik/ permasalahan)
ü Klimaks
: puncak konflik/ ketegangan
ü Falling
action: penyelesaian
7) Simbol :
digunakan untuk mewakili sesuatu yang abstrak. Contoh: burung gagak (kematian)
8) Sudut
pandang :Sudut pandang yang dipilih penulis untuk menyampaikan ceritanya.
ü Orang
pertama: penulis berlaku sebagai karakter utama cerita, ini ditandai
dengan penggunaan kata ―aku‖. Penggunaan teknik ini menyebabkan pembaca tidak
mengetahui segala hal yang tidak diungkapkan oleh sang narator. Keuntungan
dari teknik ini adalah pembaca merasa menjadi bagian dari cerita
ü Orang
kedua: teknik yang banyak menggunakan kata ‗kamu‘ atau ‗Anda.‘ Teknik ini
jarang dipakai karena memaksa pembaca untuk mampu berperan serta dalam
cerita.
ü Orang
ketiga: cerita dikisahkan menggunakan kata ganti orang ketiga, seperti: mereka
dan dia.
9) Teknik
penggunaan bahasa
Dalam
menuangkan idenya, penulis biasa memilih kata-kata yang dipakainya sedemikian
rupa sehingga segala pesannya sampai kepada pembaca. Selain itu, teknik
penggunaan bahasa yang baik juga membuat tulisan menjadi indah dan mudah
dikenang. Teknik berbahasa ini misalnya penggunaan majas, idiom dan
peribahasa.
18. Menyusun
langkah-langkah membuat parafrase puisi ke prosa.
parafrase puisi
adalah mengubah puisi dalam bentuk prosa/memprosakan puisi/mengartikan
(menceritakan)dalam prosa
Ada dua metode
parafrase puisi, yaitu
a. Parafrase
terikat ,yaitu mengubah puisi menjadi prosa dengan cara menambahkan
sejumlah kata pada puisi sehingga kalimat-kalimat puisi mudah dipahami.
Seluruh kata dalam puisi masih tetap digunakan dalam parafrase tersebut.
b. Parafrase
bebas,yaitu mengubah puisi menjadi prosa dengan kata-kata sendiri. Kata-kata
yang terdapat dalam puisi dapat digunakan, dapat pula tidak digunakan.
Setelah kita membaca puisi tersebut kita menafsirkan secara keseluruhan,
kemudian menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri.Dalam puisi tidak hanya
tiap larik puisi yang mempunyai pertalian makna, melainkan juga antar bait
dengan bait. Dengan begitu larik dan bait sebuah puisi akhirnya membentuk atu
keatuan makna yang utuh. Makna puisi: multiinterpretatif.
Langkah-langkah
parafrase:
1) Bacalah
berulang-ulang
2) Artikan
kata kiasan/kata sulit/simblolisasi jika ada
3) Tambahkan
kata atau frase tertentu yang sengaja dihilangkan penulisnya (jika perlu)
4) Tambahkan
tanda baca
5) Susun
dala bentuk kalimat-kalimat yang membentuk paragraf
19. Menilai
prosa
PROSA Adalah
karya sastra yang ditulis dalam bentuk paragraf/bab/bagian yang
memiliki koherensi/kesatuan pikiran Unsur Instrinsik Prosa - Tema : gagasan/ide/dasar
cerita - Alur :
tahapan
cerita yang bersambungan. meliputi Pemaparan, pertikaian, penggawatan,
klimaks,peleraian. dilihat dari cara menyusun : alur maju/lurus, alur mundur,
alur sorot balik, alur gabungan. Dilihat dari padu tidaknya cerita alur
dibagi dalam alur rapat dan alur longgar
20. Mengapresiasi
drama.
Ciri-ciri drama
:
ü Terdapat
pemeran tokoh cerita
ü Dialog
lebih dominan dan ditampilkan dalam bentuk lisan
ü Dopentaskan
berupa gerak, mimik dan suara
ü Terdapat
babak dan adegan
ü Terdapat
gambaran panggung
ü Memiliki
properti
Tingkat
apresiasi dalam pengertian ini dilihat dari daya tanggap, pemahaman,
pengkhayalan,dan ketrampilan. Dengan demikian menyangkut pula pengertian
tingkat kesiapan dalam menanggapi, memahami, menghayati, dan keterampilan
dalam tingkat apresiasi sastra. Menurut Mio (1991:19) tingkat-tingkat
apresiasi sastra drama, khususnya pembacaan drama dan prosa dapat dibagi
atas empat, yaitu:
1) Pembaca
yang telah dapat merasakan karya sastra itu sesuatu yang hidup,
dengan pelaku-pelakunya yang mengagumkan. Mereka telah dapat terbawa dalam
cerita atau drama yang sedang dibacanya, yang sering diiringi oleh ketawa,
menangis, membenci seorang pelaku, dan sebagainya.
2) Pembaca
yang telah dapat melihat dalamnya perasaan atau jika mereka telah
dapat mengungkapkan rahasia kepribadian para pelaku satu drama berarti
selangkah lebih maju dari pembaca di atas, Pada tingkat ini pembaca drama
tidak saja menikmati kejadian- kejadian dalam drama secara badaniah,
tetapi lebih banyak pada apa yang terjadi dalam pikiran pelaku.
3) Pembaca
drama yang telah dapat membandingkan satu drama dengan yang lain dan dapat
memberikan pendapatnya mengenai satu karya, juga telah dapat membaca
karya yang lebih sukar dengan kenikmatan.
4) Pembaca
yang telah dapat melihat keindahan susunan dialog, setting simbolis,
pemakaian kata-kata yang berirana yang disajikan oleh sastrawan, telah
mampu memberi respons pada daya sastra yang merangsang mereka berpikir dan
memberi respons pada seni yang disajikan sastrawan.
Tingkatan
Apresiasi Sastra
Adapun
tingkatan apresiasi sastra, Wardani (1981) membagi
tingkatan apresiasi sastra ke dalam empat tingkatan sebagai
berikut.
1) Tingkat
menggemari, yang ditandai oleh adanya rasa tertarik kepada buku- buku
sastra serta keinginan membacanya dengan sungguh-sungguh, anak melakukan
kegiatan kliping sastra secara rapi, atau membuat koleksi
pustaka mini tentang karya sastra dari berbagai bentuk.
2) Tingkat
menikmati, yaitu mulai dapat menikmati cipta sastra karena mulai
tumbuh pengertian, anak dapat merasakan nilai estetis saat membaca puisi
anak-anak, atau mendengarakan deklamasi puisi/prosa anak-anak, atau
menonton drama anak-anak.
3) Tingkat
mereaksi yaitu mulai ada keinginan utuk menyatakan pendapat tentang cipta
sastra yang dinikmati misalnya menulis sebuah resensi, atau berdebat dalam
suatu diskusi sastra secara sederhana. Dalam tingkat ini juga termasuk
keinginan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sastra.
4) Tingkat
produktif, yaitu mulai ikut menghasilkan ciptasastra di berbagai media masa
seperti koran, majalah atau majalah dinding sekolah yang tersedia, baik
dalam bentuk puisi, prosa atau drama.
Hasyim (1981)
mengemukakan bahwa cerita yang diberikan kepada anak
sebagai bahan belajar di Sekolah Dasar hendaknya memiliki ciri
sebagai berikut.
ü Bahasa yang
digunakan haruslah sesuai dengan tingkat
perkembangan bahasa anak.
ü Isi
ceritanya haruslah sesuai dengan tingkat umur dan perhatian
anak.
Pada tahap
pertama (kelas 1-3 SD) , bacaan untuk anak laki-laki dan wanita dapat
disamakan. Untuk selanjutnya ( kelas 4-6 SD) secara
berangsur-angsur akan kelihatan bahwa anak laki-laki
lebih menyenangi cerita petualangan, olahraga, dan teknik, sedangkan anak
wanita lebih menyenangi cerita yang bersifat kekeluargaan
dan sosial.
ü Hendaknya
jangan diberikan cerita yang bersendikan politik tetapi
mengutamakan pendidikan moral dan pembentukan watak.
(Dari berbagi sumber)
(Dari berbagi sumber)
0 komentar:
Posting Komentar